BERIKUT ADALAH ANTARA CIRI-CIRI MUNAFIK YANG DISENARAIKAN OLEH DR AIDH ABDULLAH QARNI DALAM BUKUNYA ' JAUHI PARA MUSUHMU ' , M/S 22-23 & 26-27 :
Memperbesarkan masalah kecil dan meremehkan masalah besar ( m/s 22-23 )
Allah berfirman : " Sesungguhnya apabila tidak berhenti orang-orang munafiq yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan berita bohong di Madinah ( dan menyakitimu ) " ( Surah Al Ahzab : 60 )
Pada hakikatnya Al Irjaf dan At Takhdzil sama. Tetapi pelaku Irjaf biasanya sering membesar-besarkan kejadian. Misalnya, apabila terjadi hal yang mudah dia menyukarkan dan memperbesarkan.Apabila mendengar seorang Mujahid terbunuh, dia akan berkata : " Saya mendengar 100 Mujahid terbunuh. ".
Atau misalnya, apabila seorang ulama melakukan kesalahan dalam masalah yang tidak penting, ia berkata : " Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita dan khusus kepada beliau ".
Mereka membodoh-bodohkan orang yang berbuat kebaikan. " Orang-orang apakah seperti ini ? " Seakan-akan orang yang baik itu tidak pernah melakukan kebenaran. Apabila seorang Dai'e berkhutbah sedangkan ada kata-kata yang kurang tepat, maka si murjif ( pelaku irjaf ) membesar-besarkannya di majlis tersebut dengan katanya : " Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan Si Fulan tadi ? ".
Bahkan ia cuba memotong ceramahnya. Ia melupakan, orang dai'e tersebut memiliki banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi tidak pernah ia utarakan kepada khalayak.
As-Syatibi berkata : " Aku tidak pernah melihat bahaya orang yang murjif. Demi Allah, apabila aku benar 99 kali, mereka akan melupakanku ketika aku melakukan satu kali kesalahan ". Ini merupakan irjaf. Dengan perilaku ini, mereka telah mencerai-beraikan hati.
Merendahkan Kehormatan Orang-orang Soleh ( m/s 26-27 )
Perkara ini berbeza dengan mencemuh. Contoh merendahkan atau melecehkan adalah menghibah ( mengumpat ) orang-orang soleh.
Allah SWT berfirman :" Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam sedangkan mereka bakhil dalam berbuat kebaikan ". ( Surah Al Ahzab : 19 )
Hidadin dalam ayat asal ( Bahasa Arab ) di atas ini ertinya, seolah-olah pedang. Ini dapat dilihat dari sikap munafik yang apabila mereka itu bertemu orang-orang soleh mereka membicarakan di belakang, memburukkan dan melecehkan kehormatan mereka dengan ghibah dalam pertemuan mereka.
Ibn Taimiyyah mengatakan bahawa di dalam doa itu juga kadang terdapat ghibah yang disebabkan oleh niat itu sendiri. Apabila engkau berkata : " Apa pendapatmu tentang Si Fulan ? ". Ia menjawab : " Semoga Allah SWT mengampuni kita dan dia ". Tapi apa yang dia maksudkan bukan mendoakan keampunan tetapi ada niat lain yang Allah SWT lebih mengetahui.
Contoh doa lainnya : " Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari cubaan dia " atau " Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepadanya ".
Bahkan dalam tasbih pun terdapat ghibah, seperti dikatakan Abdullah Ibn Mubarak.Dikisahkan, ada seorang lelaki yang menghadiri pertemuan dengan sultan. Lalu salah seorang menteri berkata : " Subhanallah ". Yang dia maksudkan adalah " hati-hati pada si lelaki ". Secara zahirnya, menteri itu membaca tasbih, padahal ada niat lain yang tersembunyi dalam hatinya, ia menghina dan memburukkan lelaki itu. Inilah perbuatan-perbuatan hati, hanya Allah SWT yang Maha Tahu. Pada waktu dibangkitkan dari kubur semua yang terbenam dalam hati akan terdedah dan terungkap.Wallahua'lam.
_____________________________________________________________________.
Komentar saya : Nota ini menjadi kelebihan bagi kita untuk menilai mana satu rakan seperjuangan dan mana satu musuh yang bakal mengheret kita kepada azab Allah yang membakar. Setelah mengetahui ciri-ciri ini maka kita akan lebih mengetahui siapakah yang perlu kita TAHZIR ( PULAU ) sebenarnya. Dengan ilmu yang kita ketahui ini, diharap kelak kita tidak lagi menyanjung atau bersekongkol dengan manusia yang bersikap begini. Yang paling penting ialah kita sentiasa berdoa agar kita diselamatkan dari menduduki tempat munafik di akhirat kelak yakni berada di kerak paling bawah dalam neraka Jahannam. Bahkan lebih bawah dari orang kafir dan penyembah berhala. Waiyyazubillah.
No comments:
Post a Comment